Monday, June 28, 2010

Letter to myself [2]

Several years later..
what kind of adults will you be?
Honestly, i don't really want to think about it.
Sometimes i think..
Well, adults get worn out.
They can't live without telling lies.
They just think about money.
No freedom.
They're always badmouthing people.
They enjoy other people's unhappyness.
They're worried about how they look to others.
Adults are boring.
I probably will become that.

The mysterious thing about people
when you become an adult you forget your childlike things.
Those dreams you had a child, you'll forget them.
You'll recite the magic words.
"Can't be helped"
"Society is wrong"
"Everyone knows that"
"Thats not my fault"
etc.
From now on
there are lots of walls in your way.
When you can't climb over those walls
you'll suddenly want to use those magic words.
But, when you use those words
you'll become those adults that you hate.

Then, what should you do?
What should you do when you can't climb that wall?
Just remember..
That wall really isn't wall.
It's a mirror.
A mirror reflecting who you are.
Your biggest enemy is yourself.
The you without dreams.
The you who lies.
The you who loves money.
The you worried about how you loook.
The you who stands on top of others.
The you who uses up people below yourself.
the you who pray for unhappiness for others.
The you who can't say "i love you".
The you who can't say "that's wrong".
The you who says "it's impossible" and gives up.
The you who doesn't believe in others.
The you who doesn't believe in themselves.
Inside yourself, that you exists.
Looking at the mirror
the you that you would point and laugh at.
That's a request from me.
You
change how you think about yourself.
You grow up just as how you imagined you would.
No matter the time
no matter where you are in the world
please
i want you to truly look at yourself in the mirror.
Are you like yourself?

Are you living?
Are you living right now?
Then i have question for you.

WHO ARE YOU?

Tuesday, June 01, 2010

Luke

Di sebuah kota di California, tinggal seorang anak laki2 berusia tujuh tahun yang bernama Luke. Luke gemar bermain bisbol.. Ia bermain pada sebuah tim bisbol di kotanya yang bernama Little League.. Luke bukanlah seorang pemain yang hebat.. Pada setiap pertandingan, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kursi pemain cadangan.. Akan tetapi, ibunya selalu hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola maupun tidak..

Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak mudah.. Ia menikah dengan kekasih hatinya saat masih kuliah. Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan seperti cerita dalam buku-buku roman.. Namun, keadaan itu hanya berlangsung sampai pada musim dingin saat Luke berusia tiga tahun.. Pada musim dingin, di jalan yang berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan.. Saat itu, ia dalam perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang biasa dilakukannya pada malam hari..

"Aku tidak akan menikah lagi," kata Sherri kepada ibunya.. "Tidak ada yang dapat mencintaiku seperti dia".. "Kau tidak perlu menyakinkanku," sahut ibunya sambil tersenyum.. Ia adalah seorang janda dan selalu memberikan nasihat yang dapat membuat Sherri merasa nyaman.. "Dalam hidup ini, ada seseorang yang hanya memiliki satu orang saja yang sangat istimewa bagi dirinya dan tidak ingin terpisahkan untuk selama-lamanya.. Namun jika salah satu dari mereka pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk tetap sendiri daripada ia memaksakan mencari penggantinya."

Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian.. Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya.. Bersama-sama, mereka berdua merawat Luke.. Apapun masalah yg dihadapi anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan sehingga Luke akan selalu bersikap optimis.. Setelah Luke kehilangan seorang ayah, ibunya juga selalu berusaha menjadi seorang ayah bagi Luke..

Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu, Sherri selalu datang dan bersorak-sorai untuk memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia hanya bermain beberapa menit saja..

Suatu hari, Luke datang ke pertandingan seorang diri.. "Pelatih", panggilnya. "Bisakah aku bermain dalam pertandingan ini sekarang? Ini sangat penting bagiku.. Aku mohon ?" Pelatih mempertimbangkan keinginan Luke. Luke masih kurang dapat bekerja sama antar pemain.. Namun dalam pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah datangnya bola.. Pelatih kagum tentang kesabaran dan sportivitas Luke, dan Luke tampak berlatih ekstra keras dalam beberapa hari ini..

"Tentu," jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian ditariknya topi merah Luke.. "Kamu dapat bermain hari ini. Sekarang, lakukan pemanasan dahulu." Hati Luke bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain.. Sore itu, ia bermain dengan sepenuh hatinya.. Ia berhasil melakukan home run dan mencetak dua single.. Ia pun berhasil menangkap bola yang sedang melayang sehingga membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan..

Tentu saja pelatih sangat kagum melihatnya. Ia belum pernah melihat Luke bermain sebaik itu.. Setelah pertandingan, pelatih menarik Luke ke pinggir lapangan.. "Pertandingan yang sangat mengagumkan," katanya kepada Luke. "Aku tidak pernah melihatmu bermain sebaik sekarang ini sebelumnya.. Apa yang membuatmu jadi begini?" Luke tersenyum dan pelatih melihat kedua mata anak itu mulai penuh oleh air mata kebahagiaan.. Luke menangis tersedu-sedu.. Sambil sesunggukan, ia berkata "Pelatih, ayahku sudah lama sekali meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil.. Ibuku sangat sedih.. Ia buta dan tidak dapat berjalan dengan baik, akibat kecelakaan itu.. Minggu lalu,......Ibuku meninggal." Luke kembali menangis.

Kemudian Luke menghapus air matanya, dan melanjutkan ceritanya dengan terbata-bata "Hari ini,.......hari ini adalah pertama kalinya kedua orangtuaku dari surga datang pada pertandingan ini untuk bersama-sama melihatku bermain.. Dan aku tentu saja tidak akan mengecewakan mereka.......". Luke kembali menangis terisak-isak..

Sang pelatih sadar bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat, dengan mengizinkan Luke bermain sebagai pemain utama hari ini.. Sang pelatih yang berkepribadian sekuat baja, tertegun beberapa saat.. Ia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk menenangkan Luke yang masih menangis.. Tiba-tiba, baja itu meleleh. Sang pelatih tidak mampu menahan perasaannya sendiri, air mata mengalir dari kedua matanya, bukan sebagai seorang pelatih, tetapi sebagai seorang anak.....

Sang pelatih sangat tergugah dengan cerita Luke, ia sadar bahwa dalam hal ini, ia belajar banyak dari Luke.. Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik untuk kebahagiaan orang tuanya, walaupun ayah dan ibunya sudah pergi selamanya............ Luke baru saja kehilangan seorang Ibu yang begitu mencintainya........
Sang pelatih sadar, bahwa ia beruntung ayah dan ibunya masih ada.. Mulai saat itu, ia berusaha melakukan yang terbaik untuk kedua orangtuanya, membahagiakan mereka, membagikan lebih banyak cinta dan kasih untuk mereka. Dia menyadari bahwa waktu sangat berharga, atau ia akan menyesal seumur hidupnya...............