Sunday, February 14, 2010

Cinta 100 hari

Peter dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun, hanya memandang langit sementara sahabat-sahabat mereka sedang asik bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing.

Tina: "Duh bosen banget. Aku harap aku juga punya pacar yang bisa berbagi waktu denganku."

Peter: "kayaknya cuma tinggal kita berdua deh yang jomblo. cuma kita berdua saja yang tidak punya pasangan sekarang." (keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)

Tina: "Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita adakan permainan yuk?"

Peter: "Eh? permainan apaan?"

Tina: "Eng... gampang sih permainannya. Kamu jadi pacarku dan aku jadi pacarmu tapi hanya untuk 100 hari saja. gimana menurutmu?"

Peter: "Baiklah... lagian aku juga ga ada rencana apa-apa untuk beberapa bulan ke depan."

Tina: "Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya... semangat dong! hari ini akan jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?"

Peter: "Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak salah film The Troy lagi maen deh. katanya film itu bagus"


Tina: "OK dech.... Yuk kita pergi sekarang. tar pulang nonton kita ke karaoke ya...ajak aja adik kamu sama pacarnya biar seru."

Peter : "Boleh juga..." (mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan Peter mengantarkan Tina pulang malam harinya)

Hari ke 2:
Peter dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe, suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik yang syahdu membawa hati mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang Peter membeli sebuah kalung perak berliontin bintang untuk Tina.

Hari ke 3:
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado untuk seorang sahabat Peter. Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan, mereka memutuskan membeli sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat duduk di foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas jus berdua dan mulai berpegangan tangan untuk pertama kalinya.

Hari ke 7:
Bermain bowling dengan teman-teman Peter. Tangan tina terasa sakit karena tidak pernah bermain bowling sebelumnya. Peter memijit-mijit tangan Tina dengan lembut.

Hari ke 25:
Peter mengajak Tina makan malam di Ancol Bay. Bulan sudah menampakan diri, langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan suara gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Tina memandang langit, dan melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.

Hari ke 41:
Peter berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk Peter. Bukan kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul dalam hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik. Peter terharu menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang tahunnya.

Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama,dan mengunjungi stand permainan. Peter menghadiahkan sebuah boneka teddy bear untuk Tina, dan Tina membelikan sebuah pulpen untuk Peter.


Hari ke 72:
Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negeri China. Tina penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya mengatakan "Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang" kemudian peramal itu meneteskan air mata.

Hari ke 84:
Peter mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan sandal dan berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan,merasakan lembutnya pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka. Matahari terbenam, dan mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.

Hari ke 99:
Peter memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana. Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota.

Jam 15:20 pm
Tina: "Aku haus. Istirahat dulu yuk sebentar."
Peter: "Tunggu disini, aku beli minuman dulu. Aku mau teh botol saja. Kamu mau minum apa?"
Tina: "Aku saja yang beli. kamu kan capek sudah menyetir keliling kota hari ini. Sebentar ya" Peter mengangguk. kakinya memang pegal sekali karena dimana-mana Jakarta selalu macet.

Jam 15:30 pm
Peter sudah menunggu selama 10 menit and Tina belum kembali juga. Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah panik.
Peter : "Ada apa pak?"
Orang asing: "Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu adalah temanmu"
Peter segera berlari bersama dengan orang asing itu. Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari siang, tergeletak tubuh Tina bersimbah darah, masih memegang botol minumannya.

Peter segera melarikan mobilnya membawa Tina ke rumah sakit terdekat. Peter duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit. Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.

Jam 23:53 pm
Dokter: "Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Dia masih bernafas sekarang tapi Yang Kuasa akan segera menjemput. Kami menemukan surat ini dalam kantung bajunya."

Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Peter dan dia segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina. Wajahnya pucat tetapi terlihat damai. Peter duduk disamping pembaringan tina dan menggenggam tangan Tina dengan erat.

Untuk pertama kali dalam hidupnya Peter merasakan torehan luka yang sangat dalam di hatinya. Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya. Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina untuknya.

Dear Peter...
Ke 100 hari kita sudah hampir berakhir. Aku menikmati hari-hari yang kulalui bersamamu. Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak bisa ditebak,tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku. Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yang berharga dalam hidupku. Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi sebelumnya. Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa memperpanjang hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang jatuh malam itu di pantai, Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku. Aku ingin menjadi kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada disisiku seumur hidupku. Peter, aku sangat sayang padamu.

Jam 23:58
Peter: "Tina, apakah kau tahu harapan apa yang kuucapkan dalam hati saat meniup lilin ulang tahunku? Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya. Tina, kau tidak bisa meninggalkanku! hari yang kita lalui baru berjumlah 99 hari! Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama! Aku juga sayang padamu, Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku kesepian ! Tina, Aku sayang kamu...!"

Jam dinding berdentang 12 kali.... jantung Tina berhenti berdetak.
Hari itu adalah hari ke 100...


Pesan :

Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat. Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.
Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak akan pernah kembali lagi.




Happy Valentine's day

Saturday, February 13, 2010

Burung Gereja..

Di halaman depan sebuah rumah, seorang pemuda sedang duduk membaca koran di sampingnya ayahnya yang sudah tua, rabun dan pikun duduk di kursi goyang. Sambil memegang tongkat, si ayah itu memperhatikan seekor burung gereja yang bertengger di pucuk pohon.

Seraya menunjuk ke arah burung, ayah itu bertanya, "Apa itu nak?"
Pemuda tersebut meletakkan koran dan melihat yang ditunjuk ayahnya, lalu menjawab, "Oh, itu burung gereja, Yah".
Lalu ia melanjutkan membaca koran. Ayah itu tersenyum sambil tetap memperhatikan burung gereja itu.

Tak lama datang seekor lagi burung dan hinggap disamping burung yang pertama. Sang ayah kembali bertanya kepada si pemuda, "Apa itu nak?", pemuda itu melirik sekilas, dengan ketus menjawab "Burung gereja!".

Pada saat burung gereja itu terbang, ayahnya itu kembali bertanya, "Apa itu nak?"
Dengan kesal, pemuda itu membanting koran sambil berkata, "Itu burung gereja, Ayah! BURUNG GEREJA! B-U-R-U-N-G G-E-R-E-J-A! Ayah kok tidak paham juga sih?!".
Sekilas terpancar kesedihan di wajah ayahnya, namun dengan ia tetap berusaha tersenyum dan mengangguk. Ia mengambil nafas panjang, lalu bangkit dari kursi goyangnya. Pemuda itu melirik ayahnya dan bertanya, "Ayah mau kemana?"
Dengan lambaian tangan, ayahnya itu mengisyaratkan agar anaknya tidak usah bangun. "Tak apa Nak. Di luar sudah mulai dingin ayah ke dalam untuk menghangatkan diri". Kemudian, ia menuju ke dalam rumah. Sementara itu, dikesendiriannya, pemuda itu termenung memandang koran yang tadi dibantingnya.

Sang ibu rupanya tadi memperhatikan mereka berdua dari dalam rumah, dan menuntun si ayah yang terlihat lelah ke ruang duduk yang hangat. Tak selang berapa lama sang ibu itu kembali dengan membawa sebuah buku tua bersampul kulit yang sudah lusuh. 
Sang ibu berkata "Ibu ambil ini dari lemari tempat ayahmu penyimpanan barang-barangnya yang berharga, ibu ingin kamu melihatnya". Setelah dibuka dan menemukan halaman yang dicari, ia menyerahkan kepada anaknya. "Bacalah", pinta kata ibunya dengan lembut. Diterimanya buku itu dari tangan ibunya dengan keheranan, namun pemuda itu tetap membacanya.

"Buku itu ditulis oleh Ayah", kata ibunya sambil memejamkan matanya.

Kertasnya sudah sangat tua, tintanya sudah mulai luntur, tetapi tulisan tangan ayahnya masih dapat terbaca. Perlahan-lahan, pemuda itu membaca, "Hari ini anakku berusia tiga tahun, ia kuajak duduk di bangku halaman. Anakku bertanya kepadaku sambil menunjuk burung gereja yang hinggap di atas dahan. Aku memeluknya sambil menjelaskan padanya bahwa itu adalah burung gereja. Anakku terus bertanya sampai 5 kali, sampai 14 kali, sampai 21 kali, dan 21 kali pula aku memeluknya dan menjelaskannya. Semoga engkau kelak menjadi anak yang pintar, Nak".

Pemuda itu berhenti membaca, tak terasa air mata sudah mengalir di pipi, menetes ke lembaran halaman buku yang dibacanya, kemudian ia berlari ke dalam memeluk ayahnya dan tak henti-hentinya mengucapkan, "Maafkan aku, Ayah...... Maafkan aku, Ayah..............."

Friday, February 12, 2010

Letter to myself

Dear me...
How is the sky in there?
The sky in here is just gentle as always..
When night come you can hear the peaceful crickets even in the bedroom..
I'm little disappointed with how far our house is to the sea..
As much as possible i'd want to put our home under the sky and the sea and talk with you about everything there while looking at stars..
I'm still looking at it today..

Where i've been..
Who i've met..
Where you have been..
Who you have meet..

In this world life is everything..
But, we only have one chance at life..
So we should traveling and meet people as much as we can..
But life has its bad times too..
We'll meet people who bother us..
But even then, you need to keep living..

You're 23..
The time you've spend the time you've lived up to now is just one part..
The place you've lived at is just one part of the places you'll go to..
Any bad things may have happened in your life, believe me it was not the worst..
Convince yourself that..
You still haven't met people that will turn you off everyone..
You still haven't been to a place that will make you hate the world..
You still haven't done anything in your life to make you stop living..

Know this....
If you want to leave this tiny world there is still hope..
If you just believe there is hope..
I want you to believe this..
This world is more beautiful, is more radiant, than you think..
More than that sky and sea, which greets you every day..


So, are you living right now?

Thursday, February 11, 2010

The power to forgive

Hari itu aku kembali membuka email.. Ada beberapa inbox yang sudah lama masuk namun tak pernah kubuka.. Mungkin karena dia pengirimnya, tapi entah kenapa mail tersebut juga rasanya enggan untuk dihapus.. Jadi hari ini aku membaca salah satu diantaranya, karena judulnya menarik perhatianku..


Kekuatan memaafkan orang lain

Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang
seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia,
Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik,
sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi
seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam- malam dalam
keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.

Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York.
Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara,
ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya
dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya.
Sex, gambling, drug. Dia menikmati semuanya.

Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan
uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek
palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu
saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan
pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.

Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia
merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan
untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa
menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya.

Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa
mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya
dengan menulis, “Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku.

Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan?

Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning
bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota.
Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak
apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan
akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi
menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku.”

Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima
surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima
suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau
mengampuninya? Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung
halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar
ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu, “Tolong, pas lewat
White Oak, jalan pelan-pelan…kita mesti lihat apa yang akan terjadi…”

Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia
tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras.

Akhirnya dia melihat pohon itu. Air mata menetas di matanya…

Dia tidak melihat sehelai pita kuning…

Tidak ada sehelai pita kuning….

Tidak ada sehelai……

Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning….bergantungan di pohon
beringin itu…Ooh…seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning…!!!!!!!!!!!!

Akupun terdiam setelah membacanya, memang cerita serupa sudah pernah kudengar, tapi entah kenapa ada perasaan aneh yang mengatakan seakan cerita tersebut sengaja ditujukan padaku..

Sorenya aku menonton dorama serial jepang yang sebenarnya kucopy dari seorang kawan.. Lagi-lagi..
Dalam film tersebut ada sebuah nasihat yang rasanya ditujukan padaku:
It's difficult to accept someone who's betrayed you
It's even more difficult to believe in that person one more time
Speaking of the present, it's also thing of the past
Experiencing pain and loneliness in the past, it makes a person stronger
Gospel is "Good Spell"
In other words, it means good news


Tak ada penjelasan..
Saat ini aku sangat bingung, dalam hati memang ada bara kemarahan dalam hatiku, kekecewaaan, putus asa dan rasa sakit yang timbul bila berhadapan dengan orang tertentu..
"someone who's betrayed you"
Aku tak tau, aku tak tau apakah orang tersebut memang menghianati aku, atau orang tersebut hanya melakukan apa yang hendak dia lakukan, tanpa maksud lain, tanpa tujuan tertentu, atau bahkan sebenarnya tak ada hubungannya dengan diriku..
what's wrong with me!!
Terkadang aku merasa tak mengenal diriku sendiri, apa yang kumau, atau apa yang kuingin orang lakukan terhadapku, aku tak tau apakah aku marah, apakah aku berhak marah, dan sebenarnya apa yang mungkin telah membuatku marah..
Aku tau kemarahan membawa kehancuran, aku sadar dengan hal tersebut..

Tapi biarlah, untuk saat ini aku hanya ingin menjauh sejenak.. Butuh waktu untuk memadamkan bara-bara dalam hatiku, sekecil apapun tersisa kelak akan membahayakan.. Aku pernah mengalami hal ini, sebenarnya aku berharap tak akan mengalami hal yang sama lagi, tapi kalaupun harus terjadi, aku harus mampu menghadapinya..
"Experiencing pain and loneliness in the past, it makes a person stronger"
Mail dan dialog yang sangat bagus..

Percayalah..
Aku akan pulih..
Aku akan tersenyum lagi..
Aku akan kembali..
Sampai saat itu, bersabarlah teman..






Jangan menyerah akan aku..