Friday, December 11, 2009

Zinnia

Saat itu akhirnya mereka bicara lagi setelah sekian lama. Gadis itu tampaknya sangat sedih, tak heran. Karena sampai saat itu dia belum mendapatkan pekerjaan. Sedangkan kebanyakan teman-teman mereka yang lain sudah bekerja. Malam itu mereka bicara banyak. Si gadis mengeluarkan semua keluh-kesahnya, betapa sulitnya mencari pekerjaan dan banyak hal lain. Timbul rasa senang dalam diri lelaki tersebut, karena bisa menjadi orang yang dipercaya sebagai tempat dia berbagi keluh-kesah. Ya, sangat senang rasanya, sudah lama mereka tak mengobrol seperti itu.
Gadis bercerita tentang pendapatnya dimana setiap orang pada akhirnya akan bahagia. Suatu hal yang sangat sulit dijelaskan, keinginan yang bertujuan untuk membuat semua orang di sekitarnya saling menolong, hidup dalam kebahagiaan, tanpa terikat pada suatu hubungan tertentu. Dalam hati ada kerauan dalam hati sang lelaki. "Mungkinkah keadaan demikian akan pernah terwujud?". Menurutnya keadaan demikian pastilah sangat sulit dicapai, tiap orang berbeda pendapat dan pemikiran. Suatu kebahagiaan bagi orang lain belum tentu mendatangkan kebahagiaan bagi orang yang lainnya.
Timbul gurauan dalam pembicaraan tersebut dengan bodohnya lelaki mengatakan bagaimana bila mereka saling terbuka, saling bercerita tentang masalah yang mereka hadapi, orang yang diam-diam mereka suka, bahkan hal bodoh lainnya seperti maid of honor.
No more secret..
 

Sampai saat timbul hari tersebut, hari pertama kerja bagi si gadis. Sorenya si lelaki berkunjung ke tempat sang gadis untuk mengambil barang yang dipinjam. Pulang kerja si gadis tampak sedikit lelah, tak heran karena pada saat jam pulang kantor pasti jalanan akan menjadi lebih macet dari biasanya. Hari berikutnya mereka masih bertukar cerita memalui pesan pendek, dan juga hari berikutnya, dan berikutnya. Sampai saat dimana kembali terjadi kehilangan kontak. "Hmm, biarlah mungkin dia sedang sibuk bekerja, senang memgetahui akhirnya dia punya kesibukan dan pekerjaan yang baik.."
Im trying to not make your life harder..

 

Jarak kembali membentang. Komunikasi seakan terputus begitu saja. Lelaki tersebut bingung dengan keadaannya, pulsa tak ada, internet terputus, uang pegangan pun hanya terbatas untuk bensin motor dan keperluan mencari kerja. Bukan pertama kalinya hal seperti ini terjadi. Dimana saat sapaan di terbangkan tak terbalas, dan saat balasan dikirimkan tak ada daya untuk meneruskan. Bukan tak ingin membalasnya.
Missunderstanding..

 

Pagi menjelang umur sang lelaki bertambah satu tahun. Entah kenapa dia tak merasa bahagia. Masalah job expo terus saja mengganggunya. Perbuatan iseng seseorang yang dia rasa telah merenggut kesempatannya mendapat pekerjaan. Rasa putus asa memnyelimutinya Menyedihkan, bila di saat kau terjatuh tak ada seseorang yang dapat dijadikan tempat berpegang. Shorm mengiriminya sebuah pesan, kado terindah tahun itu. Nanti pemuda tersebut akan bertemu dengannya, dia berharap dapat bercerita banyak tentang masalahnya, dan kembali tertawa bersama seperti dulu lagi. Ya, friend forever..
Hari itu mereka berkumpul dengan teman lainnya, BBQ merayakan kepergian seorang teman dan ulang tahun sang lelaki. Huff, setalah sekian lama akhirnya bisa melihat gadis itu lagi, namun entah kenapa ada suatu perasaan yang mengganjal dihati, rasa cemas yang bergemuruh di dalam dada. Aneh, sangat aneh.. Si lelaki tak berani menatap wajah gadis itu, mendekatpun dia segan. Apa yang terjadi? Kanapa keadaannya jadi seperti ini? Satu ruangan dengannya saja sudah terasa menyakitkan. Candaan-candaan teman-temannya lang lain terasa bagai pedang yang menghujam menusuk-nusuk dirinya. Tak bisakah mereka berhenti melakukan itu? Inikah tujuan mereka mengundangku? Duduk dipojok sedikit meredakan sakitnya, dia berharap bintang-bintang dan langit malam dapat mengambil perasaan aneh di dalam hatinya dan mengubahnya menjadi cahaya yang cemerlang di malam hari. Hal tersebut tak berlangsung lama segera pojok itu dipenuhi dengan orang-orang. Ingin rasanya lelaki itu teriak dan berlari pulang.
Bara!! Ya, menyalakan bara, setidaknya sekarang dia punya kesibukan. Dia terus mengipasi kayu merah dihadapannya, membalik, mengaduk, mengipas, dilakukan berulang-ulang. Sampai akhirnya api bekobar dihadapannya, entah hasih kerja kerasnya atau yang dia bayangkan memang benar bahwa api keluar dari nafasnya. Segera dia tinggalkan tempat itu, sebelum ada yang melihat titik air di sudut matanya. Karena asap, tentu saja karena asap, karena apa lagi...
Pagi tiba, rasanya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat itu. Rasa kantuk hebat melanda lelaki tersebut, badanya terasa sangat lelah, sendi-sendinya bagaikan membara. Semalaman dia sama sekali tidak dapat tidur, matanya terpejam namun pikirannya terus meputar bagai angin ribut. Si gadis dan temannya memasuki kamar tersebut, dia mendegar mereka, mamun tetap berpura-pura tidur. Saat itu hatinya kembali terasa pedih.
Menjelang siang mereka semua akan pulang. Si lelaki meminta temannya untuk membantu melakukan sedikit perenggangan. Rupanya sang teman ini terlalu bersemangat, terasa ada sesuatu di tulang punggungnya yang mengganjal dan nyeri, tapi lelaki tak begitu menghiraukannya, dia merasa seluruh tubuhnya sudah mati rasa, tambah beberapa nyeri tak ada bedanya baginya.
Mereka berpisah di kos salah satu teman, lelaki tersebut memacu motornya, ingin segera bisa pulang ke rumah. Selama di jalan pikirannya lagi-lagi berputar bertabrakan, rasa kantuk hebat melanda, gerimis dan angin semilir membelai wajahnya, lelah tak tertahankan menusuk-nusuk badannya. Tiba-tiba bus di depannya berhenti dan menurunkan penumpang, dengan panik dan terkejut lelaki tersebut menginjak rem. Motor menggelesir di jalan yang basah, saat akan menurunkan kaki lipatan jinsnya tersangkut di gigi motor. Pendaratan kaki tak sempurna, pinggir telapak kaki tak kuat menahan berat badan dan motor yang menggelincir itu, ada bunyi berderak dari dalam kantong. "Bila Amidamaru jatuh lagi, maka habislah dia.. sudah terlalu banyak kerusakan yang dia dapat karena kecorobohanku..". Entah darimana datangnya tenaga itu, namun dengan satu hentakan kemiringan motor kembali stabil, seolah tak ada yang terjadi dia melewati saja bus yang berhenti mendadak itu, sudah tak ada tenaga untuk memaki atau marah. Sesampainya dirumah dimandikannya Amiramaru. Terkadang ada rasa ngilu saat dia menapakkan kaki atau membungkukkan punggung. Saat akan mandi dikeluarkan isi jaket dan kantongnya. Layar hpnya ternyata retak dan liquid lapisan layarnya pecah membentuk matahari kecil megikuti retakan yang ada. Tak ada yang dapat dilihat, semua tertutup matahari kecil yang memenuhi layarnya. "Andai hariku berwarna seperti matahari ini..", kata lelaki itu sambil mematikan hpnya.
SSDD...

 

Hari-hari terus berlalu. Lelaki ini disibukkan dengan kegiatannya mencari pekerjaan. Di sela-selanya dia menyempatkan diri pergi ke warnet membuka email dan facebook. Tiap hari ada saja notification yang didapat yang isinya komentar dari foto BBQ yang lalu. Komentar-komentar yang ada tak lain tak bukan sebagian besar adalah tentang gosip yang beredar tentang gadis tersebut. Tiap kali membaca pedih dihatinya terasa semakin sakit. Dia bertanya-tanya, kenapa dia harus diikutsertakan dalam foto tersebut. Teman-temannya yang lain selalu menggoda gadis tersebut, walau gadis itu tampaknya berusaha menyangkal teman-temannya tersebut. Walaupun dalam hati sang lelaki tersebut mempertanyakan kebenaran dari kementar-komentar tersebut. "Hmmm, bukankah terliaht jelas bahwa ia berusaha menyangkalnya.. Apa lagi yang perlu dipertanyakan.. I prefer to believe in my friend" Lelaki tersebut berusaha meyakinkan dirinya sendiri, walaupun ada keraguan besar dalam hatinya.
Sometimes the heart sees what is invisible to the eye..

 

Hari wisuda bagi lelaki tersebut pun tiba. Diantara kebahagiaanya terasa ada yang kurang, ucapan selamat dari sahabatnya tak kunjung datang. Tadinya dia berpikir bahwa saat itu dia akan sekali lagi mencoba berkomunikasi kembali dengan sahabatnya itu. Mereka pernah berjanji akan datang pada saat hari perayaan wisuda dan berfoto bersama dengan toga masing-masing, merayakan kelulusan bersama teman-teman sekelas. Hahahaha, mungkin lelaki tersebut berharap terlalu banyak. Hari itu tak lain tak bukan adalah permulaan dimana ia resmi menjadi seorang pengangguran.
Now I lost someone to hold, when hope begin to fade..

 

Hari terakhir perjumpaan mereka. Saat itu salah seorang dari teman mereka akan mebuka sebuah toko, maka mereka berkumpul besama dengan teman-reman lainnya untuk merayakan pembukaan toko tersebut dengan makan bersama. Hari itu tak ada komunikasi di antara mereka berdua. Hanya sebuah perkataan yang dilontarkan sang gadis bahwa lelaki tersebut sesat. Entah kata-kata tersebut diucapkan hanya sebuah gurauan atau sesuatu yang serius. Memang benar pepatah yang ada, kadangkala lidah dapat lebih tajam daripada pedang.
Lelaki itu selalu berusaha tersenyum, mencoba agar tidak merusak suasana. Ia ingat pada saat ulang tahun sang gadis, gadis tersebut pernah mengatakan bahwa ia mempunyai bulu mata yang panjang. "Orang yang bulu matanya panjang adalah orang yang sabar". Sekarang ia lebih memperhatikan dan selalu berusaha mengendalikan emosinya.
Menjelang sore langit mulai mendung. Sebagai penutup perayaan tersebut, mereka berencana untuk menuliskan inisial masing-masing pada tembok untuk kenang-kenangan pada pemilik toko yang merupakan teman mereka itu. Entah kenapa lelaki tersebut merasa keadaan menjadi tidak enak. Udara terasa menjadi dingin.
Tiba saat sang gadis untuk menulis. Teman-teman yang lain mendesaknya untuk menulis 2 nama. Medadak seluruh jagat raya terasa berhenti, dalam penglihatan lelaki tersebut semua seperti diam, dihadapannya sang gadis menuliskan nama dengan cat semprot terasa bergerak dengan sangat lambatnya. Tiap tarikan napas yang ia hirup terasa bagaikan serpihan es dingin yang sangat menyengat. Tiap partikel debu cat yang tersemprot ke tembok bagaikan bola-bola besi panas yang dilotarkan ke jantungnya.
Find himself unable to move, trapped in a amnesthesia phenomenon.
He is aware. But completely paralyzed, numb, cannot scream for help..

 
Sedih, marah, kecewa, tak berdaya, dan perasaan-perasaan lain tercampur dalam dirinya.
"Tuhan!! Tolong turunkan hujan..
Tolonglah Tuhan, turunkan hujan sekarang juga..
Cuma ini permohonanku, kalau Kau benar-benar ada tolonglah hamba-Mu ini..
Kumohon..
Ayolah tolong aku..
Brengsek!!
Turunkan hujan skarang juga!!
Hei, apa Kau dengar aku?!
HEYYY, APA KAU TAK MENDEGARKU?!
Tolonglah..
Tolong aku..
Kumohooon....."
Namun saat itu hujan tak turun. Lelaki itu menyingkirkan jauh-jauh air matanya, wajahnya tetap tersenyum, menjadi manusia yang tanpa emosi. Mahluk yang mengenakan topeng. "Ini pasti mimpi.. Ya.. Tentu saja ini mimpi kan?" Ia mengepalkan tangannya. Menanamkan kuku-kukunya pada telapak tangan sekeras mungkin. "Haha, tak sakit.. Tentu saja, ini kan hanya mimpi.." Namun tepakan dibahunya menggugurkan argumennya tersebut, seorang temannya mengatakan sesuatu, namun ia tak dapat mendenganya, hanya menoleh dan tersenyum. Ia melihat teman-temannya, mendengar merka tertawa dan bersenda-gurau, namun otaknya tak mampu mencerna. Ia nahkan tak mengerti apa yang mereka katakana.
Dia berpikir bahwa dirinya dapat merelakan gadis itu, namun ternyata masih terasa pedih di hatinya. Namun ada hal lain yang membuat hatinya lebih hancur. Lelaki itu kembali mendapat luka ditempat yang sama. Luka lamanya terasa terbuka kembali saat dimana gadis yang dicintainya menjalin hubungan dengan orang lain. Bukan hubungan itu yang membuatnya terluka, namun kenyataan dimana ternyata gadis tersebut selama ini telah menyembunyikan kenyataan tersebut. Ia merasa dibohongi, dihianati, tembok kepercayaan yang selama ini dibangun runtuh dengan begitu saja. Kekecewaan yang amat sangat. Dia sudah pernah mengungkapkan perasaan bagaimana pedihnya perasaan tersebut pada gadis tersebut, ia berpikir bahwa gadis akan lebih mengerti dirinya. Tak disangka gadis tersebut justru melakukan hal yang sama. Huff, begitu banyak cara yang ada, tetapi ternyata dia memilih cara yang paling menyakitkan bagi sang lelaki untuk mengetahuinya. Ia rela memberikan apa saja agar dapat pergi dari tempat itu, melakukan apa saja agar dapat menghilang dari sana. Ia berharap petir menyambarnya, tanah terbelah dan menelannya, atau meteor jatuh dan membakar habis dirinya. Apa saja. Apa saja. Namun, hal tersebut tak pernah terjadi.
Tiba saat lelaki tersebut untuk menulis. Ia tak tau harus menulis apa. Digoncang-goncangkannya kaleng cat semprot itu, mencoba mendapatkan kembali kesadarannya. Dan dia mulai menulis..  
 koz
A.I                                       Asunder Inevitable
29.11.09

 
Dengan itu habis pula cat semprot tersebut. Mereka semua merapat di depan tembok tersebut. Berkumpul untuk mengambil foto terakhir. Sang gadis meletakkan kamera dan memasang timer.
Lelaki itu menghitung dalam hatinya.
10....
"Ayo, ini saat terakhir, berusahalah untuk tetap tersenyum.."
9....
Sekarang semuanya terasa saling berhubungan.
8....
Papan batu dengan nama Tinta merah.
7....
Tanggal.
6...
Lelaki tersebut menatap gadis itu berlari untuk mengambil tempat disebelahnya.
"Ya, memang ini sudah saatnya.."
1.......
Kamera itu tak mengeluarkan blitz. Bersamaan dengan detik itu, duri ekor terayun...

Even though they have always been so close to each other and so many time they spend together.
Now he realized, she really doesn’t understand a thing.
She don’t understand at all...

Wednesday, December 02, 2009

If only

She was always by my side.
Or i was so close by her side.
Yet i couldn't give her anyting.

But somehow i don't want she to be like me,
and have same feeling of regret.
That kind of pain.
It's enough for me alone to shoulder it.

Thinking about the heavy past,
the tears fell freely.This desire won't disappear.
I like her...
to the point where i can't bear it anymore.
To me, who wanted to redo what i did in the past,
her's innocence is too bright.

We were always fighting,
No wonder we were unhappy.
I caused much trouble.
I understand if she can't talk to me again.
If only..
I had cared more for her.
If only i'd been able,
to make her laugh more often when she was with me.
If only all her unhappy faces to date,
could be turned into smiles.
Why is it that something,
so easily accomplished when i was a child,
becomes more and more difficult,as i grow up?

Only now do i realize,
that the past me wasn't honest,
towards that clumsy genteness of this.

The person who wasn't able to face her own feelings,
was me..